SAMPIT-Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) H Halikinnor menghadiri acara silaturahmi atau dialog kerukunan umat beragama (FKUB) pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
Bersama dengan FKUB Kotim, tokoh agama, ormas keagamaan dalam rangka mensukseskan pemilu dan pilkada tahun 2024 yang aman, damai dan harmoni di Sampit.
“Selamat datang kepada seluruh peserta kegiatan silaturahmi dan dialog dari FKUB, tokoh agama, dan ormas keagamaan Kotim,” kata Halikin saat menyampaikan sambutan.
Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri acara tersebut disalah satu rumah makan di Kota Sampit, Senin (12/6/2023)
Kegiatan ini lanjutnya, merupakan salah satu implementasi dari peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006.
Tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadah.
“Sebagai kepala daerah kami merespon dan menyambut baik kegiatan ini sebagai upaya dalam membangun koordinasi, sinergisitas, dan kerjasama seluruh komponen masyarakat dalam peran dan pelaksanaan fungsi masing-masing,” ujar Halikin
“Untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan serta mensukseskan pemilu dan pilkada tahun 2024 yang aman damai, dan harmoni. situasi saat ini sudah berjalan baik dan terus ditingkatkan sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat,” katanya.
“Saya bersama semua unsur pimpinan daerah ini sangat mengharapkan agar perbedaanperbedaan yang ada di antara kita hendaknya mampu kita rajut untuk kita jadikan potensi yang sinergis dalam membangun daerah dan bangsa kita ke depan,” terangnya.
Dikatakanya, semua tidak boleh larut dalam situasi yang membesar-besarkan dan mempermasalahkan perbedaan.
Sebab masih banyak masalah bangsa yang perlu mendapat perhatian dan kepedulian semua, agar bisa keluar dari kesulitan- kesulitaan yang ada, menuju masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera yang menjadi cita-cita bersama.
“Sebagai sebuah bangsa yang majemuk atau heterogen, kita menyadari bahwa masyarakat sangat rentan terhadap konfl ik dan perpecahan yang bernuansa sara (suku, agama, ras, dan adat-istiadat),” ulasnya.
“Belum lagi isu-isu yang bernuansa politis yang sengaja dimanfaatkan untuk membuat gejolak yang mengarah kepada tindakan anarkhis dan kerusuhan atau konflik horizontal,” jelasnya.
“Kita semua menyadari, bahwa aman dan damai itu bukan sekedar kata indah, akan tetapi merupakan kebutuhan kita semua. tanpa adanya keamanan dan kedamaian, mustahil kita dapat menjalankan ajaran agama dengan baik serta melanjutkan pembangunan untuk menuju masyarakat sejahtera yang kita cita- citakan bersama,” pungkasnya.[Red].