Jakarta – Senator Indonesia Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A, merasa prihatin terhadap konflik yang terjadi di Sudan akibat perseteruan dua jenderal elit yang sama-sama memimpin pasukan kuat antara Mohamed Hamdan Dagalo dengan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan.
Senator Indonesia ini mendesak Pemerintah untuk berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia. Dimana di tengah gegap gempit takbir di Tanah Air, masyarakat di Sudan justru dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kondisi yang demikian akibat perseteruan dua jenderal elit yang sama-sama memimpin pasukan kuat, yaitu Mohamed Hamdan Dagalo dan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan. Konflik ini memuncak saat menjelang akhir Ramadlan 1444 Hijriah dan menjadi perhatian dunia.
Keprihatinan itu, disampaikan oleh Senator Republik Indonesia Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. di sela-sela perayaan Hari Raya Idul Fitri 1444 H.
Pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut juga mendesak Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk berperan aktif dalam upaya mewujudkan perdamaian di jantung benua Afrika tersebut.
“Kami sangat prihatin atas perang saudara ini. Lebih menyedihkan lagi ini terjadi di bulan Ramadlan yang intinya kita diminta untuk menahan diri. Perang bahkan terjadi saat Idul Fitri, yang semestinya kita semua berbahagia merayakannya,” ujarnya, di Jakarta Sabtu (22/04) sore.
“Dalam kondisi yang genting ini, kami mendesak pemerintah untuk berperan aktif dalam upaya perdamaian di negeri Sudan,” kata alumni Khartoum International Institute for Arabic Language, Sudan tersebut kepada media melalui siaran pers.
Selain bantuan diplomasi sebagaimana diamanatkan dalam UUD NRI 1945 untuk turut menjaga perdamaian dunia, anggota Komite I Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI tersebut juga mendorong pemerintah untuk memberikan bantuan kemanusiaan serta mengevakuasi WNI yang masih tertahan di Negeri Dua Nil itu.
“WNI kita di Sudan cukup banyak. Jadi pemerintah perlu mengupayakan sesegera mungkin proses evakuasi. Sambil mengevakuasi, kita juga bisa mengirimkan bantuan kemanusiaan. Kami berharap pemerintah tidak menunggu suasana semakin genting dan korban bertambah,” kata Gus Hilmy.
Menurut Gus Hilmy, potensi Indonesia untuk ikut dalam perundingan di Sudan sangat besar mengingat dalam beberapa waktu terakhir, Presiden Joko Widodo melakukan kerja-kerja diplomasi dengan sangat baik, seperti upaya perdamaian Ukraina – Rusia dan R-20.
Terlebih lagi, Indonesia memiliki hubungan diplomatik dengan pemerintah Sudan, terutama dalam bidang pendidikan.
“Kami optimis kalau suara kita akan didengar. KIta punya sudah punya track record yang baik dalam upaya diplomasi,” jelasnya.
“Dan yang tidak boleh dilupakan adalah kita punya beberapa kerja sama yang ditandatangani tahun lalu, di antaranya dalam bidang politik, ekonomi, sains, dan utamanya pendidikan. Ditambah lagi terkait salurah diplomasinya, bisa lewat PBB atau lewat OKI, yang baik Indonesia maupun Sudan sama-sama menjadi anggotanya,” tutup Gus Hilmy optimis. [Red]