Obat untuk batuk berdahak tersedia dalam berbagai jenis dan cara kerja yang berbeda. Umumnya, batuk berdahak tidak perlu dikhawatirkan karena merupakan bentuk pertahanan alami tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang mengiritasi saluran napas. Namun, batuk berdahak juga bisa menjadi gejala penyakit tertentu yang perlu ditangani.
Batuk berdahak adalah kondisi yang umum terjadi saat Anda mengalami flu maupun batuk pilek. Dahak sendiri merupakan lendir yang berasal dari paru-paru dan lebih kental daripada ingus. Oleh karena itulah, dahak sulit untuk dikeluarkan.
Batuk berdahak yang tak kunjung sembuh bisa menjadi gejala kondisi medis tertentu, seperti infeksi saluran pernapasan, alergi, asma, GERD, hingga penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Namun, jangan khawatir, karena tidak semua batuk merupakan gejala dari kondisi medis yang serius. Batuk berdahak pun kebanyakan dapat mereda dengan sendirinya maupun dengan mengonsumsi obat untuk batuk berdahak.
Pilihan Obat untuk Batuk Berdahak
Obat untuk batuk bekerja dengan berbagai cara, ada yang dengan mengencerkan dahak, memicu batuk agar dahak dapat keluar, atau menekan rangsang batuk. Berikut ini adalah obat untuk batuk yang bisa Anda pilih sesuai dengan cara kerjanya:
1. Bromhexine
Obat untuk batuk yang satu ini termasuk dalam jenis mukolitik. Artinya, obat ini mampu mengencerkan dahak supaya lebih mudah dikeluarkan. Agar batuk berdahak dapat segera teratasi, Anda dapat mengonsumsi bromhexine dalam bentuk sirup maupun tablet sebanyak 3 kali sehari.
2. Guaifenesin
Guaifenesin adalah obat untuk batuk golongan ekspektoran. Selain mengencerkan dahak, guaifenesin juga membuat Anda lebih sering batuk. Namun, jangan khawatir, karena ini merupakan cara kerja obat batuk ekspektoran untuk mengeluarkan dahak.
Obat untuk batuk guaifenesin tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, maupun sirup dan perlu dikonsumsi setiap 4 jam sekali agar batuk berdahak mereda.
3. Amonium klorida
Seperti guaifenesin, amonium klorida juga merupakan obat untuk batuk dari golongan ekspektoran. Oleh karena itu, obat ini memiliki cara kerja yang sama dengan guaifenesin. Umumnya obat untuk batuk berdahak yang mengandung amonium klorida tersedia dalam bentuk sirup yang dikonsumsi 3 kali sehari.
4. Diphenhydramine
Diphenhydramine adalah salah satu obat golongan antihistamin yang dapat digunakan juga sebagai obat untuk batuk. Obat ini bekerja dengan cara menghambat batuk yang merupakan reaksi alami tubuh terhadap alergi.
Anda bisa mengonsumsi diphenhydramine yang berbentuk tablet atau sirup setiap 4–6 jam sekali. Namun, sebelum mengonsumsi obat ini, pastikan Anda telah berkonsultasi dengan dokter.
5. Oxomemazine
Oxomemazine juga termasuk obat untuk batuk dari golongan antihistamin. Sama seperti diphenhydramine, obat ini juga bekerja dengan cara mengurangi produksi dahak, sehingga batuk menjadi lebih cepat sembuh.
Umumnya oxomemazine tersedia dalam bentuk kapsul dan sirup yang dikonsumsi 2–3 kali sehari, sesuai dengan dosis yang tertera pada kemasan.
Selain mengonsumsi obat untuk batuk berdahak, Anda juga dapat melakukan berbagai cara sederhana di bawah ini untuk mengencerkan dan memudahkan keluarnya dahak:
- Jaga kelembapan ruangan dengan menggunakan humidifier, jika memungkinkan.
- Minum air putih setidaknya sebanyak 8 gelas atau setara dengan 2 liter setiap hari.
- Kumur dengan air garam.
- Oleskan minyak esensial atau balsem yang mengandung eucalyptus di dada.
Beberapa obat untuk batuk tidak dapat dibeli secara bebas. Jadi, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya. Melakukan konsultasi dengan dokter juga membantu Anda mengetahui obat mana yang paling efektif dan sesuai dengan kondisi Anda.
Jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter bila dalam 2 minggu batuk berdahak tak kunjung membaik bahkan disertai dengan demam, sulit bernapas, dan dahak yang berwarna kuning, hijau, coklat, hitam, atau berdarah.